Saya dan ILUNI FTUI
SEBAGAI SEORANG ALUMNI BIASA...
Sejujurnya, walaupun beruntung pernah mengecap pendidikan di FTUI, saya tidak merasa benar-benar menjadi alumni yang berguna bagi almamater saya. Seperti yang pernah saya tulis di http://desrinda.blogs.friendster.com/my_story/2007/12/saya_memilih_te.html , lebih banyak waktu kuliah saya nikmati di luar kampus.
Pekerjaan pertama saya sebagai fresh graduate adalah di PT Noritake Indonesia, sebuah pabrik komponen elektronik yang berlokasi di kawasan industri Kota Bukit Indah, 67 km di timur Jakarta. Karena itu, selama tiga tahun saya tinggal di Purwakarta.
Nyaris tidak ada interaksi langsung antara saya dengan ILUNI FTUI (Ikatan Alumni Fakultas Teknik Universitas Indonesia), hanya sekadar jadi anggota milisnya (alumni_ftui@yahoogroups.com) sejak 6 April 2001. Sepanjang 11 semester kuliah, hanya sekali saya terlibat dalam kegiatan (sebagai anak bawang) organisasi ini, yaitu pada saat diselenggarakan MUNAS I di JHCC, 1996, yang ditandai dengan terpilihnya Bang Ihsan Mahyudin (M'73) sebagai Ketua Umum ILUNI FTUI.
Nasib lalu membawa saya bekerja di Maersk Logistics, berkantor di Jakarta, sejak Februari 2003. Maka saya kembali menjadi penduduk DKI, tidak kost lagi, tinggal di rumah orang tua saya di Rawamangun.
Seperti "tumbu ketemu tutup" (istilahnya orang Jawa), tahun itu juga kebetulan diselenggarakan MUNAS II ILUNI FTUI, 24 Agustus 2003.
Entah apa posisi saya di kepanitiaan yang OC-nya diketuai oleh Bang Chaidir "Ucok" Ritonga (Mt'85) saat itu, yang jelas akhirnya saya diberi tugas untuk mengurusi pernak pernik yang berhubungan dengan percetakan.
"Proyek" utamanya adalah mengetik rancangan AD/ART untuk Bang Ihsan. Komputer di kantor saya waktu itu oon banget, word processing cuma ada MS word. Sesudah diketik, di-print, lalu harus dikirim via fax ke kantor PT PAL. Ditelpon, disuruh nunggu karena banyak yang mesti direvisi, akhirnya masuk fax "Kepada Desi Syahfarin, PT Maersk Line" tapi isinya tidak berhubungan dengan industri perkapalan, he... he... he... Pokoknya bolak balik, ketik lagi, print lagi, fax lagi ke PT PAL.
Akhirnya Bang Ihsan bilang "OK," setelah semua kata dan tanda baca sesuai pada tempatnya. Pembuatan rancangan undangan untuk hari-H pun mungkin habis puluhan lembar kertas untuk print berulang kali, soalnya saya juga agak lemot sih…seringkali Jaka Sembung bawa gitar, nggak nyambung jreng.
Tapi puaaaaas banget, terharu sekali bahwa ternyata acaranya sukses. Ada yang bilang "Terima kasih, panitia telah bekerja secara profesional dalam menyelenggarakan acara ini." Apalagi mengingat para anggota panitia semuanya adalah alumni yang sehari-hari sudah cukup sibuk dengan pekerjaan rutin masing-masing, namun masih bela-belain sampai tengah malam rapat di Salemba hingga dua-tiga kali seminggu.
Sebenarnya saya merasa yang saya kerjakan seringkali kurang maksimal. Pas hari-H lima tahun yang lalu itu, saya beberapa kali mbathin, "Walah, gw baru kepikiran, seharusnya bisa lebih bagus kalo ini begitu bukan begini dll." Hingga Sabtu sore menjelang acara, barang-barang publikasi (buklet, spanduk, name tag untuk panitia/peserta) baru selesai dari percetakan dan harus saya jemput sendiri, cukup kalang kabut tuh tukang cetak karena final design baru di-acc di hari Selasa oleh semua yang berwenang.
MUNAS II ILUNI FTUI akhirnya menempatkan Bang Aswil Nazir (E'74) sebagai Ketua Umum organisasi ini. Awalnya saya ditempatkan di Bidang Internal, hanya sempat membantu dalam acara Welcoming Alumni Baru FTUI di Balairung UI Depok, awal tahun 2004. Lalu disibukkan dengan kegiatan "cari rumah" untuk mulai dicicil melalui KPR BTN, lalu hamil dan melahirkan, lalu sibuk sendiri dengan berbagai masalah domestik, hingga akhirnya nama saya tidak lagi tercantum dalam kepengurusan sesudah reshuffle.
UNTUK APA AKTIF DI ILUNI FTUI?
Junior saya, Boy, menulis dalam blognya http://www.andimasboy.blogspot.com, “…namun kalau kita boleh jujur, seberapa banyak anak muda yang sadar bahwa dirinya adalah bagian dari organisasi besar (ILUNI FTUI) dan harus diakui juga sebaliknya, sejauh mana peran ILUNI FTUI terhadap para anak muda tersebut. there's no free lunch, tapi ada hal lain, keikhlasan dan ketulusan. Keikhlasan dan ketulusan bisa hadir dari sebuah kebaikan. kebaikan yang diberikan satu sama lain atas dasar sebuah kecintaan. Kecintaan kepada para anak muda dan kecintaan kepada ILUNI FTUI.”
Mungkin ada yang mikir, “Nongkrong ah sekali-sekali di ILUNI Teknik, siapa tahu ketemu Bang Pito dan bisa diterima masuk NEC, atau ketemu Bang Andi langsung direkrut Pertamina,” nah…pasti kecewa deh kalau dari awal niatnya begitu, akhirnya memilih “menghilang” karena pamrihnya tidak tercapai.
Saya hanya berusaha meyakinkan bahwa keakraban antara kita, sesama alumni FTUI, harus dipererat. Jika selama ini "belum terasa", maka mari kita pererat mulai sekarang! Ide OC Munas untuk membentuk KPPD buat saya adalah sesuatu yang luar biasa indah, asyik sekali khan kalau tanggal 16 Maret yang akan datang akhirnya menjadi reuni yang mendunia? Yang ada di Singapore semuanya ngumpul di warung sate, yang ada di Korea semuanya ngumpul juga, yang di Sidney...semuanya bisa saling video conference, pasti indaaaaaah sekali!
Dan ilmu kanuragan yang tidak bisa kita dapatkan di mana pun dari para senior itu lho…sangat berharga. Contohnya, Ketua Umum ILUNI FTUI saat ini, Bang Aswil, punya banyak kisah hidup yang sayang untuk dilewatkan tuturan lisannya (sebagian rekaman tertulisnya sudah ada di blog beliau http://aswil.multiply.com). Bang Andi juga punya banyak cerita menarik mengenai "Rezeki itu Tuhan yang ngatur," supaya kita lebih mantap menjalani hidup. Ada juga Bang Benny Pangkerego, Bang Ihsan juga beberapa kali ketemu saya di Salemba, dan tak habis-habisnya pelajaran yang bisa kita petik dari beliau semua...those gentlemen have three or four decades of warriors' life experience.
EPILOG
However, setelah MUNAS III ILUNI FTUI nanti terselenggara, 16 Maret 2008, kemungkinan besar saya juga tidak akan bisa aktif lagi di organisasi ini. Ada beberapa "proyek" pribadi yang ingin saya rintis untuk mewujudkan cita-cita menjadi WAHM (work-at-home mom), alias tidak lagi kerja kantoran.
Jika sementara ini masih mengontrak di daerah Matraman, tidak sampai 2 km jaraknya dari Sekretariat ILUNI FTUI, mungkin tahun ini juga saya akan pindah untuk menempati rumah sendiri di Telaga Kahuripan, Parung, 60 km dari Salemba.
At least, I want to do something untuk organisasi ini sekarang juga, ingin berkontribusi walaupun remeh dan tidak penting...paling tidak sampai nasib membawa langkah saya "menjauh" lagi dari ILUNI FTUI.
Kayumanis - 2 Maret 2008
4 Comments:
Tulisan nya menyentuh bu, memang ada yang "kurang" rasanya sehingga ILUNI FTUI tidak begitu terdengar kiprah nya keluar dan "kurang mengikat" ke dalam. Entah dimana masalahnya. Saya "beruntung" lulus dari Brigade 04 tapi sungguh menyesal tidak bisa merasakan kebersamaan, semangat dan potensi besar yang seharusnya bisa menjadi sesuatu yang sangat berharga dan bermamfaat.
( Btw, kalau tinggal nya di Kahuripan memang harus menjadi WAHM, jauh kemana mana soalnya :) Salam, 9003108
Sayang aku jauh.
Bisa bantu apa yaaaaa....
sayang..... aku juga jauh.....
tapi bukan alasan untuk tidak bisa bantu yaaa........ :P
Omomg2 soal bagaimana meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa memiliki terhadap paguyuban alumni sudah sering dikemukakan dalam temu alumni maupun dengan otoritas kampus. Bahkan di tingkat UI pun masalah ini sangat terasa.
Menurut hemat saya, kita (ILUNI FT) baru menggeliat setelah cukup lama vakum alias tidur. Awalnya ILUNI fakultas dibentuk tahun 1978 dengan sebutan ILUNI cabang FTUI yang diketuai alm. mas Indradjid Soebardjo. Tahun 1983 beliau terpilih menjadi Dekan, sehingga jabatan ketua ILUNI cabang FTUI diambil alih oleh Martono Marlan (M64).Tapi tahun 1987 Martono Marlan meninggal dunia, sehingga posisi ketua ILUNI FTUI digantikan oleh mas Gunawan Hadisusilo (kini Deputi MenPan) hingga tahun 1996. Musyawarah pertama diadakan di tahun 1996 yang akhirnya memilih bang Ichan (Ihsan Mahyudin) sebagi ketua yang baru. Namun ada sedikit konflik dengan Dekan saat itu sehingga selama 2 tahun kepengurusan bang Ichan tidak bisa aktif. Setelah di mediasikan oleh alm. pak Indradjid, akhirnya di tahun 1998 (di saat gejolak krismon) bang Ichan baru dapat clearance. Disitu saya diajak untuk duduk sbg koordinator beasiswa untuk mahasiswa (maklum situasi ekonomi lagi terpuruk, banyak mahasiswa putus kuliah). setelah gonjang-ganjing ekonomi mereda, di tahun 2003 bang Ichan mengadakan musyawarah II di Hotel Indonesia. Saya sama sekali tidak berniat sma sekali untuk maju, karena ada beberapa kandidat yang lebih muda. Maklum, bang Ichan dan saya cuma terkait satu angkatan, sementara kita berharap yang lebih muda yang maju. Namun pada akhirnya semua kandidat itu tidak bersedia tampil dengan berbagai alasan.
Dari fakta sejarah diatas, memang terlihat bahwa organisasi ILUNI memang belum membumi, belum menyentuh ke grass root. Kita selama ini masih berkutat di tingkat elite. Di tahun 2003 saya mulai menata dari NOL dan menarik massa itu memang susah. Sarasehan alumni di Depok cuma mampu menjaring 300-400 alumni.
Tapi saya berharap nantinya akan membaik karena massa alumni fanatiknya ke komunitas jurusan/departemen. Inilah PR kita semua.
Post a Comment
<< Home