Friday, September 07, 2007

Renungan dari reuni kecil dengan teman SMA di Plaza Semangi, 7 September 2007


Jumat siang tadi saya makan siang bersama-sama dengan teman lama, sesama lulusan SMAN 6 Palembang tahun 1992.
Saya berkumpul lagi bersama Fitri, Ria, Dian, Fadlun, setelah lebih 15 tahun tidak berjumpa sejak saya mulai tinggal dan kuliah di Jakarta.

 

Lulus SMP, sebenarnya saya sempat satu bulan menjadi siswa SMAN 2 Palembang di daerah Bukit Besar. Karir militer ayah saya yang semakin memburuk membuat keuangan keluarga semakin sulit. Sekolah saya lalu dipindahkan ke SMAN 6 Palembang yang lokasinya dekat dengan rumah kami saat itu, dengan pertimbangan menghemat ongkos dan uang jajan. Saya pun sedih karena tercerabut dari lingkungan pertemanan yang sudah sangat saya nikmati dengan teman-teman yang terlanjur saya akrabi.

 

Saya masih ingat masa-masa menyenangkan dengan teman-teman di SMPN 2 Palembang. Ada Anita Diana Nur yang manja, menghebohkan satu sekolah saat pertama kali menstruasi di saat jam belajar. Ada Atika Riani Putri yang kocak, rambutnya keriwil dan bercandanya heboh. Ada Muntaz Zein yang keturunan India dan sering mengundang kami semua ke rumahnya makan martabak bumbu kari. Ada Ariadi Rahman, anak laki-laki saingan saya dalam rebutan posisi rangking satu di kelas. Ada Hartoyo...dengannya saya pernah punya rencana akan memiliki anak lelaki pertama bernama ”iko” (saya lihat namanya – mungkin sekedar mirip tapi sebenarnya orang yang berbeda – di pengumuman hasil UMPTN tahun 1992, dia akhirnya kuliah di Teknik Mesin UNSRI).

 

Salah satu teman SMP yang lain ada yang naksir saya habis-habisan, lalu sempat (setengah mengancam) berkata, ”Pokoknya kalau aku bisa mendapat NEM bagus dan berhasil masuk SMA negeri, kamu harus mau jadi pacarku ya Des!”

 

Tak terlupakan Andi, kakak kelas saya sang cowok idola yang cakep tapi menyebalkan. Ada juga Dewi, si cantik yang selalu trendy. Ada Yanti Nuryati Nada Gemilang (namanya unik, akan selalu saya ingat) yang rambut tebalnya selalu terkepang, panjang dan hitam berkilau indah. Ada Elizabeth, Ranty, Agusman Susandri, si kembar Ismet-Isman...di mana dan bagaimana ya mereka semua saat ini? Saya punya banyak kenangan manis bersama mereka, teman-teman semasa SMP.

 

Tadi siang, saya baru sadar bahwa ternyata sedikit sekali kenangan saya tentang masa SMA, dan sedikit sekali yang bisa saya ingat mengenai teman-teman saat itu.

 

Tadi siang mereka bertukar cerita tentang Iben yang digampar Kepala Sekolah, Ria yang buku contekannya jatuh saat ujian, Masayu Dian adalah gadis tercantik di sekolah, Boyke adalah cowok paling keren, tangis haru Pak Bangsa Brahmana saat mendapat hadiah tas dari patungan kami saat lulus SMA, Aya adalah trouble maker, dan banyak lagi cerita yang lain. Dan tadi siang…saya hanya terdiam takjub mendengarkan mereka saling bertutur.

 

Benarkah saya kehilangan peristiwa sebanyak itu? Mengapa saya hanya ingat pernah ikut lomba gerak jalan sewaktu kelas 1, rajin latihan PMR saat kelas 2, dan akrab dengan Aidil karena satu perguruan pencak silat Perisai Diri mulai kelas 3? Mengapa seru dan asyiknya berbagai peristiwa yang mereka alami ternyata tidak ada dalam ingatan saya?

 

Siapa ya teman akrab saya dulu? Siapa saja teman sebaya yang bertetangga dengan saya, selain Budi bersaudara di sebelah rumah? Apakah ada yang naksir (atau ditaksir) saya saat itu? Di mana tempat favorit saya dulu (seperti sekarang saya senang jalan-jalan window shopping di Mall Ambassador-ITC Kuningan)?

 

Ternyata tidak banyak yang bisa diceritakan tentang kehidupan saya tahun 1989-1992 itu.

 

Saya hanya ingat memiliki ayah yang selalu marah-marah. Kini saya mengerti, saat itu beliau pasti merasa tertekan karena karirnya memburuk sementara teman sesama AMN dulu semuanya sukses (di antaranya Jenderal Purn. Wiranto). Karena pernah menjadi instruktur di AKABRI sewaktu (sekarang presiden) SBY masih taruna, ayah saya merasa gagal menjadi lebih hebat dari yang dijalaninya di hari-hari kemudian.

 

Bunda saya tidak berhasil menjalankan peran sebagai ibu yang menyejukkan rumah saat terasa gerah bagi kami tiga bersaudara, beliau tidak tampil sebagai sosok pemberi kasih sayang saat anak-anaknya membutuhkan. Saya sempat ”kacau”, menghilang dan berhenti sekolah selama dua minggu (adakah teman yang merasa kehilangan?).

 

Tidak punya uang saku cukup untuk jajan dan sekadar jalan-jalan, tidak punya baju keren, tidak punya celana jeans, tidak pernah dibelikan tas baru selama bersekolah di SMA, sepatu Doc Mart yang sedang ”in” saat itu pun saya tidak punya, membuat saya menarik diri dari pergaulan ramai dengan teman-teman sekolah (maaf ya Ria, saya tidak akrab denganmu walaupun kita pernah menjadi teman sebangku). Jangankan punya pacar...

 

Saya hanya menikmati pertemanan dengan Aidil, teman sekelas yang selalu menyenangkan dengan teori-teori ilmiahnya. Pernah akrab juga dengan Sari Wiyanti (kami berdua patungan dan membeli satu kotak celana dalam untuk hadiah ulang tahun Romi Latato sewaktu di kelas 1 SMA). Rasanya saya tidak pernah menghadiri pesta ulang tahun, dan hanya satu kali buka puasa bersama di rumah Arfan (kebetulan masih ada hubungan kerabat). Saya tidak punya foto dengan teman-teman sekolah...mungkin Aidil masih bisa saya mintai, siapa tahu dia masih menyimpan dokumentasi kegiatan kami di Perisai Diri.

 

Yang saya ingat hanyalah adanya dunia yang mengasyikkan di antara tumpukan buku-buku di kamar saya yang kecil, lembab kekurangan cahaya, dan sumpek dengan berbagai barang tak berguna.

 

Saya menjadi senang belajar, bahkan bisa menyelesaikan soal-soal UMPTN saat baru naik kelas 3 SMA, 80% benar dalam mengerjakan contoh-contoh ujian mata pelajaran MIPA. Sampai sekarang, saya masih hafal rumus-rumus trigonometri, masih mampu menyelesaikan soal-soal integral-diferensial, paham sekali aplikasi teori fisika dari Bernoulli atau Archimedes atau Faraday dan lain-lain.

 

Menonton di bioskop (atau memiliki video player untuk menonton film di rumah) adalah kemewahan yang tidak terjangkau, jadi saya menikmati sekali menonton tv, tidak pernah melewatkan sekali pun penayangan serial ”Kung Fu” dan masih ingat jalan cerita telenovela ”Isaura”.

 

Masa-masa SMA saya yang sepi...tidak ada ruang untuk sekadar keceriaan sederhana dalam rangka sweet seventeen. Tidak pernah ada pesta, tidak ada yang memberi hadiah, tidak ada baju baru sekedar setahun sekali menjelang lebaran.

 

Sejak itu saya mulai mengeraskan hati bahwa manusia harus berani hidup sendiri...bahwa saya tidak punya apa-apa dan tidak punya siapa-siapa, supaya tidak akan kehilangan. You can’t lose what you don’t have.

 

Namun kini, seandainya saya diberi kesempatan memberi nasehat untuk seorang Desi yang waktu itu sedang beranjak dewasa, saya akan berkata, ”I understand that you want to be always left alone, you think that you’re invisible, unheard, untouchable, not wanted to be friend with...but actually hundreds of your mates are always there and willing to talk to you. Just start with accepting yourself instead of insisting that you should have been better, then you can accept them to be your friends…then they’ll accept you the way you think that they wouldn’t.”

6 Comments:

Anonymous dian onasis said...

Maaf ya des..sebetulnya postingan blog desi yang ini cukup mengharukan dian..hanya saja satu kalimat ini... (yang dian kutip)..bikin dian ketawa meledak...[ampe terguling2 kalau di film kartun..hehehe]
soalnya... gak nyangka juga omik dapat kado Celdal waktu SMA kelas 1 dulu..
kog iya dian gak tau ya..secara omik udah kayak sodara banget ama dian.... semua isi perutnya dian tau..hahaha....
ntar dian konfirm ah ke omik..hehehe..

btw des...
apa yang terjadi hari ini adalah akibat hari kemaren kan ?
apa yang menjadikan desi hari ini adalah karena desi dulu...
soooo...
be thankful about it .....
jangan lama2 merenungi masa lalu ya des,......

^_^

11:58 PM  
Anonymous Desrinda Syahfarin said...

makasih banget...

anyway by the way busway...sekarang kalian adalah manusia-manusia yang aku kenal paling lama lho, secara aku sudah nggak ada kontak lagi dengan teman-teman yang aku kenal sebelum masuk SMA 6

walaupun demikian, aku malah merasa mendapatkan teman baru...karena ini kesempatan kedua buatku untuk menjadi teman kalian, tidak seperti kesempatan yang aku sia-siakan sejak tahun 1989 yang lalu

12:21 AM  
Anonymous ria arifin said...

Untuk menyelesaikan yang tertunda, we could start to have a real friendship now.. You may find a lot of things that didnt show up in surface, but kept down underneath. Be Happy...

12:25 AM  
Anonymous Romi Latato said...

No Comment u/ masalah CD.......

4:47 PM  
Anonymous Romi Latato said...

Sekilas Info, Papa Iko lah di beritahu kalu namanya ada di BLOG Desi, Papa Iko sekarang jadi teman sekantor ku, di Sungai Lilin. Sewaktu aku beri tahu bahwa anak pertamanya bernama Iko bukan Arum, si Otoy langsung tertawa ... Ha.. ha.. ha...

5:04 PM  
Anonymous dian onasis said...

no comment apa spechless mik ?

hehehe.. akhirnya kebaca juga ama dikau postingan desi yang ini ya..hehehe...

nice reading.. isn't it ?

buat desi... thank you.. ^_^

12:46 PM  

Post a Comment

<< Home