Friday, December 21, 2007

Yes, I'm 33! Thank you for reminding me.

Tadi Jumat siang, 21 Desember 2007, saya makan siang bersama teman-temen di DCC HCPT Project dulu. Tempatnya di Es Teler 77, Ambassador Mall, Jakarta Selatan. Sebenarnya mendadak, jadi hanya bisa dianggap "secara tidak resmi" sebagai makan-makan dalam rangka ulang tahun saya (berhubung saya yang bayar, kecuali pesanan Icha yang terlanjur dia lunasi di kasir sebelum saya datang).

Ini adalah tradisi yang sangat saya kangeni sejak pindah ke Indosat Project, walaupun masih satu perusahaan dengan mereka semua. Saat saya kembali dari berlibur ke Bali, inbox di MS Outlook dipenuhi dengan 22 e-mail mengucapkan "Happy Birthday Budhes" dari teman-teman di Medan hingga Makasar. Entah kenapa malah tidak ada satu pun dari teman satu team yang sekarang.

Well guys, aku tunggu kadonya ya... :D

 

Bandara-bandara itu...





Banyak film memasukkan adegan di bandara dalam salah satu atau beberapa adegan. Biasanya dalam konteks "perpisahan berurai air mata" seperti di Ada Apa Dengan Cinta (Nicholas Saputra, Dian Sastro, 2002). Begitu juga dengan beberapa iklan di televisi.

Bahkan ada beberapa film yang hampir secara keseluruhan ceritanya berkisar tentang "kehidupan" di sekitar lokasi pesawat datang dan pergi ini. Yang pernah saya tonton adalah: The Terminal (Tom Hanks, Catherine Zeta-Jones, 2004), Jet Lag (Jean Reno, Juliette Binoche, 2003).

Di bandara, kita melambaikan tangan kepada mereka yang pergi jauh tinggi mengangkasa, dengan segala doa supaya pesawat itu mendarat di tujuan dengan selamat dan sesuai tujuan (tidak nyasar hingga nyungsep ke dasar laut atau tengah hutan).

Jika giliran saya yang berangkat, selalu ada sensasi "aku pergi...entah apakah bisa kembali lagi..." karena rasanya there's no way out once you're aboard. Sepenuhnya hidup tergantung pada keahlian pilot dan kecanggihan teknologi aviasi. Tidak bisa mendadak turun dengan sekoci lalu beralih seperti kalau naik angkutan air, tidak bisa mendadak minta kendaraan berhenti lalu turun sekedar buang air seperti kalau naik kendaraan darat.

Ada beberapa bandara yang pernah saya singgahi, sayang sekali baru sekarang kepikiran memotret satu demi satu, itu pun selalu dari jendela pesawat atau mobil yang sedang bergerak. Semoga jika ada kesempatan-kesempatan naik pesawat lagi, berikutnya saya akan lebih bisa meluangkan waktu untuk mendokumentasikan bandara-bandara itu.

Berikut foto-foto yang sempat saya rekam dengan kamera dan kondisi seadanya, tentu saja sesudah diolah (cropping supaya tidak miring-miring lagi, contrast/color adjustment supaya tidak terlalu buram) dengan Photoshop.

Thursday, December 20, 2007

Bali...tempat terbaik untuk jadi banci foto alias narsis.


Biar kayak putri Bali yang sering ada di lukisan-lukisan a la mooi indie itu lho... ;p

Tanggal 8-10 Desember yang lalu, kami jalan-jalan ke Bali. Island of Gods, pulau seribu pura. Berangkat dengan Lion Air Rp.370,000 dan pulangnya naik Merpati Rp.440,000...murah khan?

Menginap di Hotel Balisani Padma, mumpung lagi tarif promo Rp.250,000 nett including breakfast (tapi sarapannya ya gitu deh...).

Berhubung waktunya terbatas (mendarat di Ngurah Rai hari Sabtu 20:05 WITA, meninggalkan pulau ini hari Senin 15:05 WITA), hanya 43 jam saja, tidak banyak tempat yang kami kunjungi.

Anyway, senang juga sempat ke:
- Puri Taman Ayun di Mengwi
- Bedugul (naik boat keliling Danau Beratan, mengunjungi Pura Ulun Danu)
- monkey forest (Pura Air Suci alias Holy Water Spring) di Ubud
- makan malam seafood di pantai Jimbaran
- naik glass bottom boat di Tanjung Benoa
- berkunjung ke Pulau Penyu

Pokoknya, yang merasa banci foto, alias yang senang mengagumi keindahan diri sendiri dengan berfoto-foto, maka Bali adalah tempat terbaik. Wherever you go, you'll want to be photographed!

BWT kunjungan berikutnya mesti minimal lima hari kali ye...see you later, Bali ku!