Sunday, November 16, 2008

Saat muda bekerja keras, ketika tua baru menikmati hasilnya?

Membaca tulisan Ibu Lina dan Om Iyoes, saya jadi ingat yang pernah diajarkan oleh boss saya yang orang Jepang, 9-10 tahun yang lalu. Waktu itu saya masih bekerja di pabrik, PT. Noritake Indonesia. Pekerjaan pertama yang "beneran engineer".

Nakagawa-san mengajarkan bahwa setiap periode manusia bekerja sebaiknya memiliki fokus yang berbeda.

20an = VITALITY
Pada usia ini, seseorang biasanya baru menyelesaikan pendidikan dan pertama kali terjun ke dunia kerja yang sebenarnya. Terkadang secara fisik harus digeber, banyak tugas yang memaksa jam kerja menjadi jauh lebih panjang dari yang standarnya 40 jam per minggu.

Proses pembelajaran dan pembentukan pribadi juga terjadi pada masa-masa ini. Makanya banyak perusahaan Jepang lebih suka merekrut fresh graduate (atau paling tidak yang sebelumnya memiliki pengalaman kerja di perusahaan Jepang juga) karena banyak prinsip-prinsip kerja mereka yang unik dan sangat mempengaruhi etos kerja.

30an = PRODUCTIVITY
Saatnya yang dipentingkan bukan lagi hasil, melainkan proses. Idealnya, dalam usia ini seseorang lebih mementingkan "work smart" bukan lagi "work hard". Lagipula, stamina mestinya sudah tidak seperti dalam periode sebelumnya.

40an = ACTUALITY
Menginjak paruh usia ini, banyak yang mestinya mulai memapankan diri secara karir (sebagai karyawan) maupun profesi (sebagai self-employee) atau bidang usaha (sebagai entrepreneur). Mengaktualisasikan diri bisa jadi berarti usia paling ideal untuk mulai berkecimpung di ranah politik dan sosial, setelah kebutuhan SPP (istilah Om Iyoes untuk "sandang+pangan+papan") bagi pribadi dan keluarga sudah dalam tahap mapan.

Mapan tidak selalu berarti "berkelebihan", bisa juga berarti "berkecukupan" dalam konteks "benar-benar mandiri".

50an = PERSONALITY
Saat kemapanan sudah terlewati, anak-anak mulai besar dan memiliki kehidupan masing-masing, saya ingin kelak dalam usia ini saya benar-benar sudah tidak memiliki beban dunia lagi. Saya ingin sudah sepenuhnya bisa mengurusi kepentingan pribadi, memperdalam spriritualitas, dll. Khan turis-turis Jepang yang biasanya telah berusia lanjutlah yang banyak dijumpai di Bali, sementara dari negara-negara lain (Amerika/Eropa/Australia) kebanyakan turisnya malah anak muda.

Dua puluh lima hari lagi, saya akan genap berusia 34 tahun. Masih dalam periode "productivity", memang fisik sudah tidak sanggup lagi dipaksa bekerja keras seperti beberapa tahun yang lalu.

Beberapa orang yang saya kenal telah mencapai tahap "actuality" bahkan pada usia akhir 20an. Yang kurang beruntung, masih berkutat dalam "kerja otot, bukan kerja otak" bahkan dalam usia di atas 40an.

Six years to go before my beginning of living started at forty, akankah saya melewati periode hidup yang ini dengan baik sehingga periode berikutnya akan lebih baik?

(foto diambil dari http://majorfamily.com/family.htm)

17 Comments:

Anonymous Yusuf Moch. said...

kok saya kurang sepakat dengan Jepon Mu ya des, di era 30 an lah kita harus gabungkan work smart & hard. DAn menurut ku, diusia itulah stamina lagi TOP .... kerja keras tapi cerdik, rasanya saya udah melewati pase itu, dan yang saya rasakan fase itu adalah fase yang penuh tantangan.

Hayo semangat des,.... ilmu itu penting, tapi NGILMU kayaknya lebih penting...

10:45 AM  
Anonymous istana sari said...

mudah2an ya Des..

10:54 AM  
Anonymous Desrinda Syahfarin said...

Iya kali ya?

Masalahnya, aku udah merasa tua sekarang nih Om. Kalau kerja sampai agak larut, badan langsung terasa rontok semua...jadi cari-cari alasan apologetics deh supaya nggak disuruh kerja keras lagi hehehehe...

Pengen banget ngelmu, nambah segala macam ilmu. Tapi kok seringkali sudah kehabisan energi dan ujung-ujungnya setiap malam cepet-cepet molor deh. Kadang rasanya nggak sanggup, pengen lepas aja semua dan jadi ibu yang hanya ngurusin rumah tangga. Tapi sayang juga...kalau udah 40an apa masih sanggup ngerjain ini semua?

Yeah...may be it just because I have not enough motivation like you had, iya khan Om?

* tapi mesti TETAP SEMANGAT!*

11:02 AM  
Anonymous Desrinda Syahfarin said...

Amiiiin...semoga entar udah kelar sekolah sampai yang paling tinggi yang gw bisa, semoga nanti sudah punya bisnis yang mapan...whatever that will be (bikin warteg kayaknya menarik juga).

Suzy kapan mudik? Kembalilah ke pangkuan Ibu Pertiwi dan bangunlah negerimu ini...

11:04 AM  
Anonymous Yusuf Moch. said...

nggak juga kaliiii..... kan bukan tugas desi... tapi tugasnya suami des.... hehehe...
setuju !! TETEP SEMANGAT !!

11:41 AM  
Anonymous Gufron Sumariyono said...

Salam kenal ya Desrinda. Ditahun 1975, diusia 30, saya minta istri saya berhenti kerja. Konsekwensinya saya kerja keras, krja fisik, peras otak, peras akal dan mengejar apa yang bisa dikejar. Hasilnya serahkan kepada YME. Dua tahun setelah itu mulai merasakan hasilnya. Alhamdulilah. Biar keturunanku paham dan mengerti saya buatlah memoir.

6:37 PM  
Anonymous Aswil Nazir said...

Beberapa tahun yll saya pernah ditegur salah seorang kenalan yang jadi petinggi perusahaan multinasional telekomunikasi ketika itu saya memutuskan untuk pamit dari IBM setelah mengabdi 20 tahun dan memilih Citibank sebagai employer baru. Saya dinilainya salah besar karena perusahaan yang bakal saya masuki diistilahkannya "the most political company in finance industry" yang bakal beresiko besar buat saya. Prinsip kerabat saya itu rada mirip sama Nakagawa-san, tapi istilahnya below 40, "we work for money" dan after 40: "money works for you". Sayangnya nasehat yang saya terima ini sudah terlambat, keputusan sudah diambil dan saya masuk ke belantara dunia perbankan.
Dalam satu hal, kerabat saya benar. Suasana kerja penuh dengan intrik dan keras, but that's the real life. Seorang kolega bertaruh bahwa saya maksimal cuma bakal bertahan 11 bulan. Tapi dia kecele, saya bisa survive lebih dari tiga setengah tahun sebelum memutuskan untuk mencari suasana kerja yang lebih santai dan lokasi kerja yang tidak terlalu jauh (ini faktor penting buat saya mengingat parahnya traffic di Jakarta). Kini saya memang lebih santai dan bisa aktif di blog untuk networking.
Apakah saya menyesali pilihan tempohari? Saya justru memperoleh bekal yang nyata setelah meninggalkan kampus IBM dan bisa bilang bahwa pengalaman 3,5 th di perbankan real value nya lebih tinggi daripada 20 th bekerja sebagai vendor. Soal capek fisik, ya usia memang tidak bisa bohong. Tapi untuk bersosialisasi/networking, kadang kita bisa lupa waktu tuh. Capek fisik kan ada hubungannya sama capek non-fisik. Makanya yang terpenting, berkaryalah di tempat dimana kita bisa bebas mengekspresikan diri, berkreasi dan terhindar dari stress.
Semoga omong kosong ini ada manfaatnya.

7:19 PM  
Anonymous Desrinda Syahfarin said...

Iya, Pak. Memang anak muda zaman sekarang mesti punya etos begitu. Kalau Bang Aswil bertahan di IBM sampai 20 tahun, saya dalam 10 tahun terakhir udah ganti perusahaan 7 kali. Alasannya sederhana, merasa sudah bekerja keras tapi kok gaji naiknya sedikit-sedikit banget (maksimal 8% per tahun). Jadi supaya naiknya signifikan, maka pindah deh ke perusahaan lain.

Padahal, kayaknya sih saya hanya kurang bersyukur. Contohnya waktu di Noritake, walaupun April 2001 gaji saya cuma dinaikkan 4%, tapi sebenarnya di bulan Oktober 2000 saya sudah mendapat tambahan tunjangan supervisor, kenaikan housing allowance, dll yang membuat take home pay bertambah 50%. Tetap kurang puas, akhirnya pindah untuk kenaikan gaji yang sebenarnya tidak signifikan juga, tapi karena terlanjur sakit hati.

Bapak waktu "protes" khan akhirnya dikirim ke Bangkok (http://gsumariyono.multiply.com/journal/item/14), saya malah kebalikannya. Paspor sudah dibuatkan, dan visa sudah distempel, keberangkatan dibatalkan karena protes tersebut. Kurang ngerti budaya Jepang yang "timur banget" dan menghargai sopan santun (attitude) lebih tinggi daripada knowledge/skill.

Ya, semoga yang muda-muda bisa banyak belajar deh dari kesalahan saya. Learn from mistakes of others...that's my motto :)

4:03 AM  
Anonymous Desrinda Syahfarin said...

Setuju, Bang.

Ngurusin motor-motor listrik seperti sekarang, walaupun capek secara fisik (pernah lho terpaksa ikut naik truk ke Merak), tapi hati senang. Can't wait to work karena banyak banget hal yang ingin dilakukan. Ya tetap aja capek sih secara fisik...tapi paling tidak, capek non-fisik udah nggak ada lagi.

Iya nih, saya bertekad bahwa pada usia di atas 40 tahun nanti, money works for me. Serius mikir bikin usaha apa ya? Supaya saya bisa jalan-jalan ke mana-mana keliling Indonesia (kayak Bang Aswil) tapi duitnya juga mengalir terus. Balik lagi ke bikin warteg deh hehehe...

Makasih untuk pengalaman hidupnya yang sudah dibagikan ini, Bang. Pengalaman sangat berharga, bahwa real value dalam pekerjaan itu penting.

PS. Tetralogi Pulau Buru-nya Pram khan heroisasi Tirto Adhi Surjo. Novel heroisasiku tentang Bang Aswil belum juga tergarap nih :((

4:16 AM  
Anonymous Yusuf Moch. said...

alhamdulillah, rasa syukur sebenernya yang bisa mengobati hati ini. Panas dingin, siram aja dengan sujud syukur....
Wah rekord tuh des, 10 tahun ganti 7 perusahaan, Aswil 20 tahun ngendon di IBM, wuik gimana rasanya tuh... sedangkan saya 85 - 90 cuman ganti 3 perusahaan, itupun udah bosen, persis seperti Aswil bilang, kebanyakan intrik.

5:46 AM  
Anonymous Aswil Nazir said...

Yoes & Des,
Saya mengisi kejenuhan dan kebosanan dengan aktivitas sosial diluar seperti ngurusin almameter kampus atau mengisi kebutuhan rohani. Atau yang juga efektif seperti kiat yang saya lakukan, memanfaatkan tugas kantor dengan mengunjungi lokasi bersejarah, wisata, makam leluhur atau tokoh idola seperti Kho Ping Hoo.
Saya jamin energi positif alam akan terserap dan memperkuat stamina fisik kita... :-))
Bicara soal betah atau bosan, itu kan persepsi yang kita buat menjadi realitas. Kalau kita bisa me "manage" perasaan membuatnya jadi betah, maka jadi betahlah kita. He he ... itu kan teorinya seperti yang dikumandangkan para pakar. Tapi melaksanakannya, oh alangkah tidak mudahnya.

6:57 AM  
Anonymous rakjat doni said...

wah, ini omong kosong yang sangat berharga pak. banyak pelajaran yang bisa saya petik. tks pak. to mbak des, semoga impiannya tercapai...
salam, doni 2001

10:10 AM  
Anonymous Nurdi Hafidz said...

aku 24 ---> vitalitas :D

11:19 AM  
Anonymous Aswil Nazir said...

Syukurlah kalau memang masih ada yang bisa dipetik. Saya cuma kawatir dianggap terlalu banyak bicara.

12:23 PM  
Anonymous Desrinda Syahfarin said...

Yaks, benaaaaarrrrr sekali. Jadi, seumur gitu nggak boleh ngasih alasan "capek" ya, khan memang "umurnya" Apit mesti memacu fisik sampai titik darah penghabisan hahahaha...

5:50 PM  
Anonymous Desrinda Syahfarin said...

Never too much to hear from you, Bang Aswil. Selalu saja ada hal-hal baru yang mengilhami, walaupun sudah lewat berpuluh jam kita berbincang.

*mesti diniatin nih bikin novelnya*

5:52 PM  
Anonymous Yusuf Moch. said...

judulnya PUDARNYA PESONA JAKET KUNING

6:39 PM  

Post a Comment

<< Home