Akhirnya setelah 343 hari berlalu, ada televisi "waras" lagi di ruang keluarga kami. Sebelumnya saya sudah memiliki LG Cinemaster 21", barang yang pertama dibeli begitu mendapatkan kartu kredit MasterCard dari BNI, Februari 2001. Televisi yang lumayan "sakti", beroperasi normal tanpa masalah teknis selama 7 tahun hingga akhirnya rusak pada tanggal 17 Januari 2008 yang lalu.
MATINYA SI CINEMASTER
Ceritanya, Alif sedang gemar bermain panjat-panjatan di buffet. Tak sengaja tangannya berpegangan pada bagian atas televisi itu, lalu pada saat berpindah posisi maka jatuhlah walaupun tak sampai mengalami kerusakan berarti. Alhamdulillah anakku tidak tertimpa, dan salut juga bahwa tabung CRT-nya (yang masih cembung, belum model flat seperti kebanyakan televisi zaman sekarang) tidak pecah. Tapi memang akhirnya tidak bisa dioperasikan lagi sih...
Anyway, untuk "menghukum" Alif (karena televisi ini adalah alat hiburannya untuk menonton berbagai acara siaran reguler maupun film yang diputar lewat DVD player kami), nyaris 8 bulan penuh televisi itu saya diamkan saja. Kadang saya jadikan "senjata" kalau dia nakal, "Ayo, Mas Alif nggak dengerin bunda ya? Mas Alif nakal khan? Coba tuh, siapa yang ngerusakin tivi?"
Sebenarnya masih ada satu televisi yang bisa dioperasikan di rumah, yaitu LG Dino 14" di kamarnya Si Mbak. Dari dulu selalu ada di kamar pembantu keluarga kami, agar kegemaran menonton sinetron dan lain-lain acara non-edukatif dapat dinikmati tanpa "mempengaruhi" selera nonton anak saya. Terpaksalah televisi itu yang saya "pinjam" beberapa kali selama gelar Euro 2008 yang lalu, dipindahkan sementara ke ruang keluarga pada malam hingga dini hari.
Pada akhirnya, Si Cinemaster terpaksa juga saya perbaiki di bulan Ramadhan 1429H yang lalu. Alasannya, "ritual" memindahkan Si Dino setiap sahur dari kamar Si Mbak ke ruang keluarga (supaya bisa nonton sinetron Para Pencari Tuhan rame-rame), lalu mengembalikannya selewat Seputar 6 Pagi, terasa merepotkan. Berbekal iklan baris di harian Pos Kota, saya hubungi nomor telepon salah satu bengkel yang menawarkan jasa perbaikan di tempat. Pak Montir kemudian datang, mengganti beberapa komponen sehingga Si Cinemaster bisa beraksi kembali, biayanya Rp.185,000 dengan garansi satu bulan.
Tidak lama kemudian, televisinya rusak lagi. Panggil montir lagi, diutak-atik sedikit dengan hanya biaya jasa (tidak ada penggantian suku cadang) di pertengahan Oktober 2008, hanya seminggu ternyata kembali black and blank screen.
HADIRNYA MISS SLIM FIT
Ya sudahlah...akhirnya saya putuskan "nunggu moment" untuk beli televisi yang baru, dan...pucuk dicinta, ulam tiba, ada iklan sehalaman penuh di Kompas hari Rabu (24 Desember 2008) mengenai promosi khusus di hypermart Carrefour.
Hanya berlaku satu hari saja, yaitu pada tanggal 25 Desember 2008, dan hanya tersedia 10 unit (di beberapa cabang Carrefour tertentu), televisi Samsung Slim Fit 29" (model CS29Z40ML) ditawarkan seharga Rp.1,799,000 per unit (harga normalnya Rp.2,616,000).

Tepat hari itu, sehabis menghadiri sebuah resepsi pernikahan di kawasan Rasuna Said, bersama Alif kami mengunjungi Carrefour di ITC Kuningan. Pukul 13:00 pada saat kami sampai, sudah terjual 3 unit. Harganya ternyata hanya Rp.1,709,000 per unit (harga normalnya Rp.2,499,000). Ngirit Rp.790,000 deh, lumayan banget khan?
Duh, senengnya...mulai Jumat siang, 26 Desember 2008, tadi (diantar ke rumah pukul 10:40 WIB dengan fasilitas free delivery) Alif bisa puas nonton acara televisi kesukaannya tanpa nebeng di kamar Si Mbak lagi. Saya sudah bikin perjanjian, dan saya harap dia sudah cukup mengerti untuk tidak merusakkan barang-barang elektronik lagi.
TOLOOONG...ANAKKU DITELAN TELEVISI!
Jadi inget, beberapa bulan lalu ada seorang teman menawarkan saluran televisi berbayar. Saya tolak dengan halus, karena rasanya belum perlu juga punya televisi yang menyajikan siaran terus menerus 24 jam acara khusus untuk anak-anak. Toh, mengingat usianya baru 4 tahun, maka maksimal waktu Alif berada di depan monitor (termasuk nonton film, main game, dll) adalah 4 x 10 = 40 menit, jumlah akumulatif maksimal dalam sehari.
Saya sebenarnya cukup menikmati juga ketiadaan televisi selama hampir setahun itu. Yang jelas, saya menjadi tidak terlalu tertarik lagi nonton infotainment (walaupun tetap mengikuti gosip terbaru mengenai selebriti lewat www.detikhot.com), lebih rajin membaca koran agar selalu up-dated dengan berita ipoleksosbud (iptek, politik, ekonomi, sosial budaya), dan lebih sering "olahraga otak" dalam menikmati fiksi melalui berbagai novel/komik/kumpulan cerpen daripada nonton film via DVD (bajakan).
Pokoknya, jangan sampai deh saya akhirnya memiliki keluhan yang sama dengan beberapa orang tua dalam sebuah jurnal komunikasi internasional yang bertajuk "Tolooong...anakku ditelan televisi!"